04 Februari 2008

CARA BERPIKIR SEORANG PIMPINAN

Dalam dunia bisnis, maka peran para CEO atau Top Eksekutif harus mampu melihat diri sebagai sosok yang memiliki sikap mental yang lebih proaktif, shingga berpikirnya mempunyai cara dan lingkup pola pikir yang lebih luas tentang apa artinya kepemimpinan dalam dunia abad 21 ini memasuki dunia tanpa batas yang penuh tantangan dalam meraih peluang-peluang terbuka.

Dibawah ini akan kita coba untuk mengungkapkan, mengapa berpikir seperti CEO atau Pemimpin Puncak diperlukan perubahan pola pikir yang lebih luas untuk mampu menyeberangi ketidak pastian menjadi pasti dalam kondisi ekonomi yang gelap dan terpuruk sebagai berikut :

1. Keberhasilan akan ditentukan oleh kemampuan peningkatan berpikir untuk menciptakan nilai lebih di dalam ekonomi baru dengan kepemimpinan yang penuh kepercayaan diri atas kemampuannya untuk meraih peluang-peluang yang terbuka.

2. Kecenderungan pembangunan masyarakat yang demokratis menuntut pelaksanaan perubahan diseluruh aspek kehidupan karena terjadi pergerakan dari jumlah arus modal antar negara dan kemajuan teknologi web dan aplikasi internet yang sangat cepat sehingga terjadi keinginan untuk mendapatkan fasilitas jaringan yang lebih kuat dan fleksibel dalam rangka menghadapi perubahan dunia tanpa batas.

3. Dalam abad 21, akan terjadi pergeseran dari masyarakt industri ke masyarakat informasi bahkan cenderung menuju ke masyarakat pengetahuan, dimana kita akan selalu berada dipersimpang jalan dalam mengikuti denyut perubahan-perubahan yang terjadi.

4. Lingkungan dunia bisnis sangat rentang atas perubahan-perubahan sosial politik yang tidak menghendaki kehidupan ekonomi yang semata-mata ditentukan oleh pasar sehingga tidak sepenuhnya dapat diterima keadaan atas liberallisasi perdagangan dan keuangan dunia.

Dengan mengungkapkan beberapa alasan diatas, diharapakn seorang yang berperan sebagai pengusaha, maka pola pikir dalam bersikap dan berperilaku sebagai CEO atau eksekutip puncak haruslah selalu membangun satu kebiasaan yang efektif untuk selalu mengembangkan pola pikir yang lebih luas dengan wawasan dan imajinasi itu, maka ia menyadari untuk memiliki kepemimpinan yang memahami akan paradigma baru dalam abad 21 yang disebut dengan profesionalisme, kreatif dan inovatif serta antisipatif.

Dengan membangun kebiasaan efektif berarti seorang pengusaha menyadari sepenuhnya untuk meningkatkan ilmu berdasarkan informasi, pengetahuan sebagai keterampilan dari pengalaman dan keinginan yang sejalan dengan tuntutan perubahan itu sendiri, sehingga sebagai seorang CEO atau top eksekutup akan merasakan untuk memperjuangkan kelangsungan hidup organisasi yang dipimpinannya untuk memenuhi kepentingan stakeholders. Jadi di dalam dunia bisnis, teknologi dan globalisasi telah menciptakan suatu tingkat kompetensi yang mampu meraih peluang-peluang yang terbuka.

PEMAHAMAN ATAS PELAKSANAAN KONTROL

Suatu orgnisasi yang dibangun baik secara konvensional maupun berbasis pengetahuan, akan selalu ada satu sistem yang mendukung terciptanya arah bagaimana organisasi itu bersifat fleksibel dan mudah dikontrol.

Oleh karena itu, bagi CEO / Pimpinan puncak, harus mampu memanfaatkan kemampuan berpikir untuk melaksanakan kontrol baik dalam pemahaman sebagai pengendalian maupun pengawasan, sehingga pimpinan mampu melaksanakan pengendalian atas pertentangan-pertentangan yang timbul karena perbendaan kepentingan dari stakeholders (pihak2 yang memiliki kepentingan atas organisasi). Jadi ia harus memiliki apa yang disebut dengan kepemimpinan kolaborasi dalam mewujudkan apa yang kita sebutkan dengan keseimbangan kepentingan.

Dengan sistem pula, pengawasan baik secara langsung maupun tidak melalui rencana kerja dan anggaran dapat menuntun bagaimana sebaiknya harus dilakukan walaupun dalam praktek diperlukan penyesuaian dan perbaikan atas pelaksanaan standard-standard, perkiraan-perkiraan yang dibuat, alat-alat manajemen lainnya yang diterapkan.
Jadi dengan menerapkan satu sistem kontrol yang dibangun haruslah pula memperhatikan prinsip-prinsip yang mampu memberikan organisasi yang fleksibel dan mudah di kontrol sebagai berikut :

1. Adanya keberanian untuk menghilangkan yang tidak perlu.
2. Menyerdahanakan pekerjaan, tugas, peran yang diperlukan.
3. Menetapkan standard dan bila perlu diadakan perbaikan.
4. Setiap produk memiliki daur hidup sehingga perlu dipersoalkan nilai-nilainya dimasa yang akan datang.
5. Saling kertaikan arah persfektif dengan posisi dan performa yang harus dijalan.
6. Hentikan kegiatan-kegiatan yang bersifat sampingan.
7. Harus ada pengendalian dan penekanan atas seluruh jenis biaya.
8. Harus ada perubahan yang berkelanjutan sesuai dengan tuntutan.

Dengan meletakkan prinsip-prinsip yang kita sebutkan diatas, bagi seorang CEO / Top Eksekutip harus selalu mampu untuk mempertanyakan Apa, Mengapa, Bagaimana, Siapa, Bila sesuatu keadaan itu diperlukan perubahan agar daur hidup organisasi berada dalam posisi yang prima.

MENGUASAI PERSOALAN SAMPAI INTINYA

CEO / Top eksekutip dari waktu ke waktu, selalu ingin mengetahui bagai-mana organisasi beroperasi, dengan adanya sistem seluruh unit organisasi akan berjalan sesuai dengan keputusan-keputusan strategik yang sudah ditetapkan.

Dengan keputusan itu, maka dengan seluruh sub-sistem yang dibangun organisasi akan beroperasi sebagaimana diharapkan oleh peran-peran yang telah ditetapkan untuk menjalankan tugas, wewenang dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya.

Dengan kepemimpinan kolaborasi itu, mka seluruh pekerjaan-pekerjaan yang telah dibagi-bagikan ke dalam unit-unit kerja dan fungsi-fungsi yang ada haruslah berjalan secara harmonis kedalam hubungan horizontal, vertical dan diagonal, sehingga laporan-laporan yang tepat waktu dan akurat dapat diharapkan oleh CEO sebagai alat untuk melaksanakan kontrol sampai kepada persoalan intinya.

Sejalan dengan penguasaan persoalan sampai intinya, maka CEO mampu mengadakan perubahan-perubahan atas metoda dan teknik-teknik dalam melaksanakan pengelolaan bila dipandang perlu diadakan penyesuaian dengan tuntutan perubahan itu sendiri sehingga pelaksanaan kontrol dapat berjalan sebagai mana yang diharapkan.

Untuk menjadi pengusaha yang tangguh dalam abad 21 ini, berpikir seperti CEO, ia harus mampu pula melihat berbagai tantangan yang muncul dari ekonomi global baru, dimana kerja global akan ditandai kecenderungan akan kemajuan yang terus berubah atas konsumen global, pengetahuan sebagai produk global, pekerjaan global dan korporasi global.

Kesemuanya itu menuntut pula pemahaman atas teknologi web dan aplikasi internet kedalam pengetahuan bisnis yang kita kelola, sehingga pada saatnya kemampuan itu menjadi kekuatan motivasi menjadi kekuatan sikap dan perilaku positip dalam kerangka pemikiran-pemikiran untuk memasuki menjadi perusahaan global.

Dengan mendalami masalah sampai ke intinya, maka apa yang diungkapkan oleh Kenichi Ohmae mengenai kekuatan dan strategi didalam ekonomi yang saling mengait dengan terdapat lima C yaitu Customer (pelanggan) merupakan kekuatan mereka yang mulai muncul ; Competition (persaingan) merupakan penyebaran teknologi ; Company (perusahaan) merupakan pentingnya biaya tetap ; Currency (mata uang) merupakan mata uang yang mudah berubah : Country (negara) merupakan pilihan negara yang dituju untuk menetralkan dampak faktor C lainnya, maka pemahaman yang mendalam tentang aplikasi internet adalah alat kunci karena ia dapat untuk mengkomunikasikan semua kepentingan dari stakeholder. Dengan internet pula pimpinan dapat mengintergrasikan orang-orang dalam organisasi agar semua pihak dapat berbagi informasi yang dibutuhkan.

HAL-HAL YANG HARUS MENDAPATKAN PERHATIAN

Pertama, yang harus mendapatkan perhatian adalah keputusan-keputusn intuitif yang telah dibuat dalam kerangka pemikiran persfektif yang telah digariskan, bukanlah hanya angan-angan belaka tetapi dapat dilaksanakan.

Oleh karna itu, agar impian menjadi kenyataan haruslah dapat dikomunikasi dengan baik. Untuk dapat dilaksanakan, maka konsep pemikirannya harus terfokuskan artinya ungkapannya mengandung nilai-nilai sebagai kekuatan motivasi yang dapat menggerakkan sikap dan perilaku berbuat seperti ada kenyataan sesungguhnya ; Terbentuknya satu perasaan akan tujuan yang mulia yang dapat memotivasi komitmen untuk berkontribusi atasnya ; Memberikan akan keyakinan bahwa memaksimumkan peluang dapat diraih sebagai harapan yang dapat dipertanggung jawabkan secara logis adanya.

Kedua, yang harus mendapatkan perhatian adalah bagaimana CEO melihat kepentingan stakeholder khususnya kepentingan para pemegang saham. CEO menyadari sepenuhnya bagi pemegang saham adalah mendapatkan keuntungan jangka pendek yang memuaskan baginya.

Oleh karena itu, bagaimana persoalan itu dapat dipecahkan agar terjadi apa yang disebut dengan kesimbangan tujuan jangka pendek, menengah dan panjang, agar organisasi dapat membangun pada posisi yang perima dalam daur hidupnya. Jadi CEO harus mampu mengkomunikasikan dengan pemilik dimana nilai pemegang saham merupakan hasil dari apa yang kita sebut kursi berkaki tiga yaitu dengan melangkah kedalam tindakan yang benar terhadap para pelanggan, karyawan pada semua tingkatan dan kredibilitas. Bila CEO salah melangkah akan merugikan baginya, tetapi bagaimanapun hal itu tidak boleh dipandang sebagai alasan utama di dalam bisnis karena yang menentukan adalah hasil dari kursi berkaki tiga tersebut.

Dengan demikian keuntungan dan nilai pemegang saham yang meningkat menimbulkan rasa tanggung jawab yang lebih besar bagi CEO manapun sehingga menjadi kekuatan motivasi untuk melangkah dalam pola pikir yang positip, bagaimana mereka mencocokkan kebijakan mereka sampai akhir. Jadi secara sadar bahwa CEO pada akhirnya hal tersebut menjadi standard ukuran keberhasilan mereka.

Jadi pusat perhatian perlu dicurahkan agar menciptakan hasil akhir dari kursi berkaki tiga itu, adakalanya mungkin tidak terpecahkan menjadi kenyataan yang dihadpi oleh CEO, dimana dalam menciptakan nilai sekarang ini merupakan usaha-usaha untuk meningkatkan jumlah yang besar dalam hubungan-hubungan dengan para pemilihnya, yang akan terkait dengan pada kepentingan jangka pendek versus jangka menengah dan panjang.

Ketiga, yang harus mendapat perhatian adalah kemampuan membangun kredibilitas sebagai tonggak terbentuknya reputasi dan keunggulan oleh peran CEO yang sejalan dengan apa yang dikatakannya dan konsisten dalam bersikap berperilaku.
Oleh karena itu, haruslah dipahami proses pembangunan kredibilitas itu sendiri, sehingga setiap orang merasakan terikat dalam organisasi. Untuk terwujudnya diperlukan pemahaman atas proses pembangunan kredibilitas.

Dalam hal ini terdapat tahap yang disebut dengan KEJELASAN artinya semua keputusan-keputusan yang berhubungan dengan persfektif dengan sangat jelas dikomunikasikan kepada semua orang dalam organisasi maka semua kepentingan individu, kelompok dan organisasi dapat dipenuhi dan seimbang sebagai peta dan arah yang akan dituju. ; tahap KESATUAN artinya kebersamaan bertindak dengan pola pikir yang sama agar semua sarana untuk merealisasikan dimana semua orang dalam organisasi dapat membagi rasa, mendukung dan memperkuat agar semua rencana dapat terlaksana sebagaimana mestinya. ; tahap INTENSITAS artinya tahap dimana semua orang akan memberikan komitmennya yang datang dari diri mereka sendiri, bukan sesuatu yang dipaksakan oleh organisasi atau CEO, melainkan keinginan mereka sendiri dapat memahami dan menyetujui untuk melaksanakan pemikiran strategis, pemikiran jangka panjang dan pemikiran jangka pendek yang terintergrasi dalam pola bersikap dan berperilaku.

KESIMPULAN

Usahawan harus mampu menunjukkan keperibadian sebagai seorang CEO dengan kepemimpinan yang selalu siap menhadapi tantangan disatu sisi dan disisi lain mampu memaksimumkan peluang-peluang yang ada.

Berperan sebagai CEO harus juga mempunyai kekuatan untuk memotivasi diri secara berkesinambungan untuk membangun kebiasaan yang efektif dalam menyiapkan diri yang selalu siap menjalankan perubahan sesuai dengan tuntutan perubahan itu sendiri.

Dengan kepemimpinannya ia mampu mengendalikan dan mengawasi aspek yang sesuai dengan prinsip-prinsip yang dibangunnya agar ia selalu siap memandang setiap pertentangan kepentingan yang timbul, walaupun ia menyadari sepenuhnya kepentingan pemegang saham tetapi ia harus mampu menyeimbangkan kepentingan bagi pihak-pihak yang lainnya.

Jadi kepemimpinan sebagai CEO dengan kepribadiannya, ia mampu dalam memberikan pemahamn yang mendalam tentang kemampuan berpikir secara intuitif untuk mendukung kemampuan membangun kredibilitas dalam usaha-usahanya dalam menyatukan semua kepentingan.

Tidak ada komentar: